Kamis, 09 Februari 2012

Problem Based Learning dalam Pembelajaran Matematika

Dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan problem based learning, belajar tidak dipandang hanya sebagai menerima informasi untuk disimpan dalam memori siswa, namun belajar dilakukan dengan mendekati setiap persoalan/tugas baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki (prior knowledge), serta melakukan asimilasi dan akomodasi terhadap informasi yang baru diterima. Prinsip ini sesuai dengan 4 pilar pendidikan yang diketengahkan UNESCO, yaitu belajar memahami (learning to know), belajar melakukan atau melaksanakan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), belajar bekerja sama atau hidup dalam kebersamaan (learning to live together). Pada tahun 1997, APNIEVE (Asia Pacific Network for International Education and Values Education) melengkapinya, sehingga pilar keempat menjadi learning to live together in peace and harmony.
Pembelajaran dengan pendekatan problem based learning merupakan suatu pengembangan implementasi kurikulum dan strategi pembelajaran yang dimulai dengan memberi siswa dengan masalah nyata atau simulasi masalah, kemudian meminta mereka bekerja sama dalam suatu kelompok untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah yang biasa ditemui dalam kehidupan nyata, dan menyajikannya di depan kelas, sehingga mereka menjadi siswa yang mampu mandiri. 
Pembelajaran dengan pendekatan problem based learning awalnya dikembangkan oleh Howard Barrows dengan mengikuti ajaran John Dewey, yang menyatakan bahwa guru harus mengajar sesuai dengan insting alami (natural instinct) untuk menyelidiki dan menciptakan sesuatu, guru harus menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah, di samping upaya pemecahan masalah dalam kelompok kecil.
Pembelajaran dengan pendekatan problem based learning melibatkan siswa dalam berfikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah dengan segmen-segmen yang mencakup keberperanan atau keterlibatan (engagement), inkuiri, investigasi, kinerja (performance), dan pemaknaan (debriefing). 
Keterlibatan (engagement) meliputi upaya-upaya persiapan siswa untuk berperan sebagai pribadi yang mandiri dalam pemecahan masalah yang mampu berkolaborasi dengan pihak lain; menghadapkan siswa pada suatu situasi yang mendorong siswa menyelesaikan masalahnya; dan mengkaji permasalahan-permasalahan yang dihadapi dengan mengajukan konjektur, dugaan serta rencana penyelesaian.
Dalam inkuiri dan investigasi terdapat kegiatan-kegiatan eksplorasi berbagai cara menjelaskan kejadian serta implikasinya, dan mengumpulkan serta mendistribusikan informasi-informasi. Kinerja merupakan kegiatan pengajuan temuan-temuan, sedangkan debriefing meliputi kegiatan-kegiatan pengujian kelemahan dan keunggulan penyelesaian yang dihasilkan, dan melakukan refleksi atas efektivitas seluruh pendekatan yang telah digunakan dalam penyelesaian masalah.
Dalam Pembelajaran dengan pendekatan problem based learning siswa berperan aktif sebagai problem solver, decision makers, dan meaning makers, sedangkan guru berperan dalam mengembangkan pengetahuan siswa, penyaji masalah sekaligus sebagai penyedia sumber daya dan fasilitator bagi siswa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar